Rabu, 23 Agustus 2017

Welcome to Adelaide

 
Welcome to Adelaide Tuan Soni dan Nyonya Desi 😊

Di tahun kedua suami kuliah akhirnya dia tidak single lagi (*kata teman - teman suami di Adelaide). South Australia, merupakan salah satu tempat yang homyy banget buat pasangan suami istri yang kuliah.
Sampai di Adelaide pada akhir Februari masih dalam suasana Summer (musim panas). Beruntungnya suhu tertinggi terjadi pada seminggu sebelum kedatangan. Katanya cuaca bisa sampai 40an ͒C kalau lagi musim panas di sini.
Waktu itu, kami dijemput oleh dua orang pasangan muda juga, yang berasal dari Jawa Timur dan ternyata menjadi tetangga kami seberang parkiran di sini πŸ˜„. Ternyata lagi, mereka telah membuat sedikit acara makan - makan kecil di salah satu rumah kontrakan mahasiswa Indonesia (anak Lombok semua) di area Croydon untuk menyambut kedatangan kami. (Bakal ingat terus dengan mereka πŸ’“).
Kebanyakan yang hadir adalah orang Lombok yang kuliah dan ada juga yang menjadi Permanent Residance di Adelaide. Alhamdulillah, mereka menjadi salah satu keluarga baru kami di sini.
Oya, kompleks untuk orang Indonesia di sini ada 3 area yang saya tahu. Memang selebihnya ada juga di daerah lain. Pertama di daerah Tonsley, biasanya orang - orang yang kuliah di University of Flinders tinggal di sini. Kemudian ada daerah Mile End, yang tinggal di sini kebanyakan orang - orang yang berkuliah di University of South Australia (UNISA) dan University of Adelaide. Dan yang akan kami tempati untuk satu tahun kedepan dari awal datang kesini adalah  kompleks Kurralta City Beach (KCB) Apartment. Kebanyakan di KCB ini adalah para mahasiswa di University of Adelaide. Daerahnya cukup strategis karena berada di tengah - tengah antara Tonsley dan Mile End.
Jangan takut untuk yang muslim, karena di masing - masing daerah ini setiap minggunya ada pengajian umum Bapak - Bapak (Availble untuk calon Bapak juga) dan Annisa (untuk Ibu maupun calon Ibu 😁 ). 
Kemudian setiap bulan ada juga pengajian yang di lakukan oleh salah satu lembaga resmi yang bernama Masyarakat Islam Indonesia Australia Selatan (MIIAS), untuk lebih jelasnya bisa buka akun FB, IG atau Vlog MIIAS yah.
Untuk biaya hidup, Adelaide tergolong yang paling murah di antara wilayah yang lain di Australia. Kemudian untuk menghemat biaya makan ada beberapa alternatif pilihan belanja, yaitu seperti mendatangi City Market setiap hari sabtu siang (Terkenal dengan waktunya $1 "One Dollar). Di sini bisa dapat anggur satu keranjang dengan $1 itu. Rata - rata banting harga. Kemudian ada lagi yang di sebut Sunday Market menjual bahan makanan dan perabot lain dengan harga relatif murah.
Ada juga swalayan yang biasanya di datangi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lainnya. Oya, rata - rata di sini menggunakan mesin untuk model pembayarannya. Tapi jangan takut ada juga yang manual kok. 
Transportasi di sini cukup baik. Ada bus dan Tram yang paling favorit. Untuk naiknya bisa menggunakan  Metro Card yang bisa dibeli dibeberapa toko yang memiliki tulisan Metro Card. Ada untuk pelajar, mahasiswa dan general. Sekali tap kartu, bisa gratis untuk dua jam kedepannya. Selain itu ada juga Tram yang gratis dinaiki untuk wilayah kota, akan tetapi ngetap lagi kalau keluar di area kota tersebut. Oya, jangan lupa ketika turun dari Bus untuk mengatakan "thanks" dan sejenisnya ke driver yah (Sudah menjadi budaya keramah - tamahan di kota kecil ini πŸ˜‰).
Untuk tempat wisata, di setiap musim ada wisata tersendiri juga di sini lho. Seperti saat Autumn bisa ke Mount Lofty atau Handorf, kemudian pada Winter di Adelaide tidak ada snow (kadang - kadang turun di Mount Lofty sih, tapi tidak tebal), jadi kalau mau main salju harus mendatangi wilayah pegunungan Melbourne ataupun Canberra, Untuk Spring hampir semua tempat akan berbunga indah. 
Tinggal di Adelaide memiliki arti tersendiri bagi kami. Banyak pelajaran yang bisa kami ambil hikmahnya di sini. Semoga kami bisa memberikan kontribusi yang lebih untuk Indonesia.

Selasa, 01 Agustus 2017

Adventure to Kang_Guru Continent



Setelah semua berjalan dengan baik akhirnya tibalah petualangan yang pertama saya ke benua tetangga, yaitu Kang_Guru. Kenapa saya menyebutnya Kang_Guru? Karena benua ini salah satu saksi perjuangan suami untuk belajar.

Kalau dilirik kebelakang sebenarnya saya sedikit mengerutkan kening juga dengan sebuah "deklarasi bintang terang" beberapa tahun lalu bersama teman kos. Untuk deklarasi ini, satu orang sudah benar – benar menggapai bintang terangnya untuk menyelesaikan study di UK. Dan saya InshaAllah hampir sampai. Alhamdulillah atas semua rencana Allah yang begitu indah dengan bumbu – bumbu penyedap lainnya.

Petualangan kali ini ada rasa sedikit berat, tapi dia menguatkan dan mengatakan semua akan baik – baik saja ketika mencium tangannya yang sudah mulai menua. Hemm ridhomu yang menguatkan untuk mengambil langkah ini, terima kasih Mamak. πŸ˜‡πŸ˜‡πŸ˜‡

Oke, di benua Kang_Guru ini tugas saya adalah menemani si separuh hati. Selain itu dia juga berharap agar saya bisa belajar bahasa juga di sini. Sebuah mimpi yang tidak muluk, akan tetapi dalam bagi saya. Karena bisa dipertemukan dengan ia yang benar – benar melengkapi.

Perjalanan kali ini lewat Lombok > Bali > Sydney dan ke tempat tujuan kami yaitu Adelaide. Perjalanan yang cukup panjang dan mengesankan. Karena perjalanan panjang kedua ini spesial, bersama dengan ia si pelengkap dan ternyata ada si mungil juga yang secara “sembunyi – sembunyi” ikut terbang ke negeri seberang.

Terbayang dengan keluarga yang ikut mengantarkan ke bandara. Dulu waktu ke Taiwan hanya bisa say hello lewat telpon. Dan saat di sana pun komunikasi tidak maksimal karena orang tua tidak menggunakan android seperti sekarang. Orang yang diminta untuk menyampaikan pesan pun ternyata sempat tidak memberikan kabar ke orang tua sehingga membuat mereka khawatir *Inget ini rasanya nyesek abis hehe curhat.

Anyway, semua itu selalu ada hikmahnya. Begitu pula dengan perjalanan kali ini. Mungkin orang hanya bisa melihat dari apa ia sekarang, tapi kalau dilihat bagaimana perjalanan hidup sebelumnya, mungkin mereka akan lebih bersyukur dengan yang Allah timpakan kepadanya sekarang. Mengenai ini saya berjanji akan menulis tentang perjuangan suami dan saya di waktu berikutnya, InshaAllah.

Setiap kita memiliki jejak yang pasti Allah akan minta pertanggung jawabannya kelak. Siapkan jejak terbaikmu! D R
 




Kebetulan Nge-Bali



Oke kali ini saya sedikit membahas perjalanan lain yang cukup luar biasa karena bukan planning utama kami. Honey moon to Bali. Hehe

Sebenarnya ini merupakan jalan – jalan kami yang kebetulan bertepatan dengan pemeriksaan kesehatan saya sebelum berangkat ke tanah rantauan berikutnya sebagai syarat visa. Jadi sebenarnya agenda utamanya bukan bulan madu betulan.

Kami di sini langsung menuju salah satu sahabat suami yang masih satu kampung dengannya. Bertemu dengan orang ini mengajarkan sesuatu yang luar biasa tentang pengorbanan dalam menggapai mimpi. Sebut saja namanya Supriadi (eh kesebut). Dia satu – satunya yang kuliah dari tiga bersaudara. Dan tahukah kamu, butuh waktu satu tahun bekerja di Bali sebagai buruh bangunan sampai ia bisa kuliah “dengan biaya sendiri”.

Saya melihat bahwa semangat dan harapan itu selalu ada untuk mereka yang bersungguh – sungguh dan benar – benar percaya kalau Tuhan itu maha kaya. Tidak pernah menyerah dengan keaadaan karena percaya selalu ada kejaiban.

Kali ini bahas lagi soal bulan madu plus plus kami. Setelah cek kesehatan kami pun selanjutnya memulai petualangan yang paling dekat yaitu Kuta Bali dan jalan – jalan seputaran sana. Salah satu yang menarik yaitu ketika singgah ke salah satu toko buku dekat kuta yang menyediakan berbagai jenis buku berbahasa asing. *Maklumi kami pasangan pecinta buku yah hehe.

Karena sudah waktunya sholat, kami memutuskan untuk ke masjid terdekat melalui Mbah google map. Karena tampak dekat akhirnya kami memutuskan berjalan kaki yang ternyata jaraknya radak – radak jauh juga. Tapi karena berjalan sama si “lelaki kesayangan” jadinya terasa dekat hehe *awas baper. Masjidnya lumayan besar untuk yang berdiri di atas tanah Bali yang mayoritas penduduknya beragama hindu. Inget banyak Pure juga yang berdiri di atas tanah Lombok yang mayoritas Islam. Unity in Diversity.

Oke untuk makanan tak susah juga cari yang halal, di samping masjid ada warung makan Taliwang Bersaudara. Haha dimanapun saya berada kayaknya pelecing kangkung tidak bisa terpisahkan dengan lidah ini.

Di dekat penginapan pun banyak yang menjual makanan halal, jadi kami merasa aman untuk urusan perut.

Allah akan beri kita kemudahan dimana pun tempat kita berada asalkan kita tetap mendekat kepadaNya. InshaAllah.


Oke sekian dulu perjalanan “kebetulan” NgeBali kami. InshaAllah akan ada perjalanan – perjalanan kece lainnya di lain waktu.

Coming Soon #2

MaternityShoot #2 Menjadi seorang ibu itu memang tidak pernah main – main. Perlu pemikiran yang luas, perlu kelapangan hati dan ...