Kamis, 29 Juni 2017

Untukmu yang Ingin Menggenap



Menikah itu tidak hanya mengartikan kamu dan dia telah menyempurnakan agamamu bersama, akan tetapi menyatukan dua keluarga besar yang bisa jadi memiliki latar budaya yang berbeda. 

Butuh adaptasi yang cukup serius jika demikian. Sebab kamu tidak hanya beradaptasi dengan orang yang bersamamu kini akan tetapi juga keluarganya.

Jodoh itu memang cerminan diri kita akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga kalau kita memiliki kecendrungan yang berbeda.

Contohnya nih, persamaan diri dengan pasangan yang mungkin bisa diibaratkan dengan cerminan diri kita. Sama – sama suka dengan buku dan menulis. Selain itu perhatian kami yang agak strict dengan yang namanya rokok. Beruntungnya dia tidak merokok. *Salah satu kriteria dulu nih agar tidak mendapatkan pendamping yang merokok, alhamdulillah terkabul.

Soal perbedaan juga ada. Seperti warna pakaian. Saya lebih suka menggunakan pakaian yang gelap seperti hitam, abu dan coklat tua walaupun sebenarnya saya penyuka warna hijau muda. Sedangkan si dia lebih suka dengan warna – warna yang cendrung terang. *Tidak menyala – nyala tapi yah hehe. Dan itu tidak membuat kami lantas saling tidak suka akan tetapi justru menjadi pelajaran untuk saling melengkapi. Contoh melengkapi lainnya adalah dia bisa masak sedangkan saya masih “belajar” masak hehe alahamdulillah banget tapi nih ๐Ÿ’Ÿ๐Ÿ’Ÿ๐Ÿ’Ÿ.

Dalam keluarga, kami sama – sama menggunakan bahasa sasak. Akan tetapi, bahasa sasaknya keluarga suami memiliki speed dan intonasi yang sangat berbeda sehingga harus mendengarkan dengan hati – hati seperti listening tes TOEFL kali yaa. Kalau ada kata yang tidak dimengerti dan kita sudah minta berulang kali untuk mengulang maka pesan saya adalah balaslah dengan senyuman paling manis yang kamu punya hehe ๐Ÿ˜Š.

Selain itu mengenai budaya dan kebiasaan yang lain juga masih sangat banyak antara saya dan suami serta masing – masing keluarga kami. Jadi harus adaptasi maksimal.

Ingat kamu tidak hanya menikah untuk menyatukan kamu dan dia tapi mau nggak mau kamu harus terima bagaimana cara menyatukan dua keluarga besar yang tentu tidak semudah membalikan telapak tangan.

Perbedaan itu banyak akan tetapi bagaimana cara agar saling menerima, saling mendengarkan dan saling mengerti satu sama lain. Jangan paksa pasanganmu untuk langsung menuruti keinginan atau kebiasaanmu yah. Dan kata salah seorang kakak yang sudah lama menikah, proses adaptasi keluarga itu tidak hanya satu dua hari atau beberapa bulan tapi bisa bertahun – tahun lho.

Jadi bersabar dan yang terpenting antar pasangan bisa lebih mengerti dan membantu satu sama lain.

Oya untukmu yang ingin segera menyempurna, benar – benar bulatkan tekad yang kuat. Persiapkan diri secara matang lahir dan batin serta siapkan dirimu untuk menjadi rumah yang nyaman untuk pasanganmu. Mungkin keliatan mudah tapi lagi dan lagi itu perlu kerja keras bersama ๐Ÿ˜˜.

Banyak – banyak minta petuah dari yang berpengalaman. Soalnya ujian memang akan banyak datang setelah menikah. Tapi tak perlu takut, soalnya kali ini tidak hanya satu kepala yang memikirkannya, tapi ada dua kepala yang membuat semua terasa lebih ringan daripada biasanya ketika kamu single.

Sendiri dalam ketaatan bagus, akan tetapi lebih maknyuus lagi kalau berdua dalam bingkai yang halal. Buktikan dah!

Memang sih, kami juga masih tergolong muda dalam mengarungi rumah tangga. Akan tetapi banyak sekali petuah yang sama – sama kami dapatkan baik dari orang lain maupun petuah diri dari ujian – ujian yang datang. Salah satu kunci utama adalah libatkan Allah disetiap urusanmu ataupun “kalian”. Jangan mudah tergiur dengan kehidupan orang lain, karena cerita kalian juga sangat manis kok.

Semoga yang berniat baik untuk menikah dimudahkan segala urusannya. Ingat yah, banyak – banyak mendekat kepada sang pemilik Panggung Sandiwara ini. Semoga kalian segera menggenap.

"Terus mencinta  karena Allah"


Selasa, 27 Juni 2017

Tentang Jodoh




 
Thanks to Kiki' for the capture

Ketika Allah SWT sudah menggariskan sebuah janji, maka tidak ada yang akan sanggup menahan atau pun menolaknya. 

Lihatlah ketika Ia membuat air bisa memberikan kehidupan kepada sekitarnya. Dan lihat pula ketika air bisa membinasakan semuanya. Tidak ada yang tidak mungkin. Begitu pula dengan Jodoh.

Ibarat kata orang, Jodoh itu tidak mungkin tertukar, selalu ada cara Allah SWT untuk mempersatukan yang jauh walaupun sebelumnya bisa jadi tidak saling mengenal.

Untuk muslimah, tidak perlu menjadi ombak di lautan yang menerjang karang mencoba menelusup dalam relung – relungnya. Sebab itu hanya akan membuat dirimu semakin terpuruk nantinya.

Cukuplah Allah, cukuplah Allah... dan semua akan menjadi terbuka lebar.
Yakin saja skenario yang dibuat oleh Allah itu sangat indah. Bahkan lebih indah dari rencana yang kamu anggap sudah tersusun rapi itu.

Terkadang jodoh datang tanpa ditebak, bahkan orangnya bisa jadi bukan yang diprediksi selama ini. Tidak perlu bimbang wahai muslimah, cukup lantunkan syair yang terus mengudara ke langit. Allah tidak mungkin menyia – nyiakan doamu itu.

Berkah Allah terhadap mahluknya tidak terbatas. Selalu ada jalan untuk mempertemukan dua insan menjadi satu.

Begitupun dengan saya, mungkin saya salah satu orang yang belum terlalu fokus memikirkan sebuah pernikahan, walaupun waktu itu saya bertekad siapapun yang memiliki agama yang baik dan orang tua setuju serta memiliki visi misi sama kedepannya, akan diterima terbuka lebar. Dan jujur saja, waktu itu saya lebih fokus bagaimana caranya mendapatkan beasiswa untuk study lanjut dibandingkan sebuah pernikahan.

Tapi Allah sangat bisa membuat sebuah skenario yang begitu runtun tanpa diminta. Dimulai dari rasa kehilangan dan salah satu pesan beliau ke mamak sebelum mendahului kami meninggalkan dunia ini yang begitu berat rasanya mengingat tidak ada kandidat, singkat cerita akhir tahun kemarin sesuatu yang belum ada dalam pikiran dan kandidat itu pun bisa terealisasi.

Welcome to the new world... entah dengan modal kenekatan apa dia mengutarakan semua dan berani berbicara dengan mamak setelah hanya beberapa jam sebelumnya meminta izin datang ke rumah. Semua berjalan dengan sangat singkat, hanya sekitar dua minggu setelah itu sebuah mistaqan ghaliza itu pun terucap.

Ya, tepat di bulan Desember tanggal 8, 2016 (8 Rabi’ul Awal 1437H). Kami menyempurnakan agama bersama. Ada salah satu yang unik di sini ketika tahu bahwa bulan pernikahan saya sama dengan mamak dan bapak hanya tanggalnya saja yang berbeda (Dari sejarah juga bulan hijriayahnya sama ketika Rasulullah menikah dengan Khadijah ra., Allahu 'alam). Selain itu pernikahan Bapak dan Mamak terlaksana setelah 3 bulan meninggalnya Papuk (Nenek) dari Bapak. Oya yang lebih membuat terkejut itu tanggal lahir saya ternyata sama dengan anniversary pernikahan mamak dan bapak, mashaAllah. *Baru tahu kalau waktu itu tidak membantu mamak mengurus pensiun bapak yang harus menyertakan akta nikah mereka ๐Ÿ˜
 
Mengenai orang “baru” ini tidak perlu dijelaskan secara gamblang yah,, Yang jelas saya yakin dia adalah orang yang tepat untuk menjadi Imam dan Bapak yang baik untuk anak – anak kami nanti.

Ternyata Allah benar  - benar memberi apa yang kita butuhkan, tidak hanya apa yang kita minta.๐Ÿ’“๐Ÿ’“๐Ÿ’“

Untukmu yang masih “galau” dalam penantian, pesan saya, sibukan diri dengan kebaikan. Yang masih sekolah atau kuliah lebih baik fokus untuk belajar dan mencetak prestasi. Yang sudah bekerja atau  cukup umur sibukan diri dengan silaturahim (salah satu pembuka pintu rezeki termasuk jodoh) dan menebarkan manfaat.

Setiap orang itu memiliki cerita yang berbeda, jangan dipaksakan sama. Cukup jalani dan yakin cerita kita pun luar biasa.

Oya semua perempuan itu terlahir dalam keadaan cantik, jadi jangan mengira diri jelek dan jodohnya jauh. Ingat lho, Allah itu sesuai prasangka hambanya. Percaya diri kalau kamu terlahir cantik dan bisa menjadi seorang istri dan ibu yang terbaik kelak.

Yang sudah tergolong mampu untuk menikah jangan pernah ragu untuk memulai langkah menyempurnakan agamamu. Sebab jujur saja setelah saya dan suami mensurvey diri kami masing – masing, kami juga selalu merasa kurang bekal untuk mengarungi Rumah Tangga. Ada kalanya kita memang mempersiapkan beberapa hal sebelum menikah tapi ada kalanya pula kita bisa mempelajarinya bersama dengan pasangan. Karena sungguh, kalau kita mengunggu kesiapan secara sempurna mungkin sebagian kita membutuhkan waktu yang lumayan banyak dan lama untuk mendalaminya.

Bismillah, bulatkan tekad yang baik. Semoga engkau pun segera dipersatukan dengan yang telah Allah takdirkan bersamamu. Rajin – rajin menyapa Allah yah, semoga disegerakan.

Tentang Jodoh, itu memang rahasia Ilahi tapi kita pun juga harus mempersiapkan diri untuk menjemputnya. Tidak hanya menunggu tapi juga berusaha untuk didekatkan. Yakin.. cukuplah Allah.. cukuplah Allah.

Nb. 

  • Puji syukur untuk Allah SWT yang telah mempertemukan dua insan dalam ridhoNya.
  • Jazakallah khairan katsir untuk segenap keluarga besar kami.
  • Jazakillah khair buat bapak tuan Sukri yang telah memberikan kado berupa dokumentasi mulai dari lamaran, akad nikah sampai dengan resepsi (*Bukti kalau Allah akan membukakan pintu rezeki untuk yang berniat menikah).
  • Terima kasih untuk mbak Shinta Rias Pengantin .
  • Jazakallah untuk semua pihak yang terlibat.
8 Rabi'ul Awal 1437H/ 8 Desember 2016 "Mistaqan Ghaliza"


Soni & Desi

Ketika Cinta memberikan CintaNya, maka tidak ada yang tidak mungkin


Senin, 26 Juni 2017

Salam untuk si "Rindu"



Salam Rindu
Rindu
Mengapa kamu diciptakan sebagai rasa
Yang bahkan aku sendiri tak sanggup untuk menahannya

Rindu
Akankah kamu akan kembali pulang?
Mengobati rasa yang tidak akan pernah pudar ini?

Rindu
Kau ajari aku keyakinan
Kau ajari aku kemandirian
Kau ajari aku tentang sebuah kepercayaan
Kau ajari aku tentang siapkan diri menerima kepahitan

Rindu
Tidak perlu sebuah pengandaian
Karena itu tak akan kembali
Cukup saat ini terkenang
Dan berharap akan berkumpul nanti
Di tempat yang abadi

Salam untukmu wahai Rindu
Semoga syair yang mengudara
Mendekatkan yang tidak pernah jauh

Lendang Nangka, 15 Desember 2016

***

Ada seorang sahabat yang mengatakan tentang hari Ibunya. Aku pun merasakan demikian tetapi bukan tentang ibu. Bagiku September itu adalah bulannya Bapak sedangkan bulan – bulan yang lain adalah bulan untuk mengenang Bapak.

***
Sungguh picik orang – orang yang membuat persepsi sendiri tentang kehilangan seseorang. Mungkin mereka belum pernah merasakan yang namanya kehilangan itu sehingga perasaan tidak dipakai untuk berbicara. Sungguh picik mereka yang melandaskan kehilangan seseorang untuk semakin membuatnya dalam keterpurukan. Mungkin mereka belum merasakan kekosongan hingga waktunya akan tiba.

Sungguh sangat – sangat picik mereka yang tidak tahu rasanya perpisahan. Mungkin mereka harus merasakan dinginnya tanah kuburan sehingga tersadar ternyata dunia hanya sebuah panggung kehidupan sementara.

***
Persiapkan diri tentang arti perpisahan ketika kita mengenal arti pertemuan di dunia ini. Sungguh, Allah SWT telah mempersiapkan skenario yang terbaik dalam hidupmu.

Karena sejatinya sebuah perpisahan itu tidak benar – benar berpisah di dunia ini. Semoga Allah perkenankan kita untuk berjumpa dan berkumpul di surganya kelak bersama orang – orang yang kita sayangi.

Tidak perlu kita meratapi, sebab islam tidak mengajarkan itu. Yang perlu kita lakukan adalah meratapi diri sendiri. Kamu melihatnya meninggalkanmu dalam keadaan yang sangat baik “didunia ini” sekarang lihatlah dirimu, apakah kamu bisa sepertinya atau bahkan lebih baik seperti didikannya?

Tuhan itu tidak tidur. Bila kamu sayang maka sematkan kebaikan akhiratNya di setiap doamu seraya kamu sendiri banyak – banyak memohon ampun padaNya. Sungguh tidak ada yang benar – benar namanya perpisahan di dunia ini.

***
Mengenang seseorang yang sangat berjasa dalam kehidupan. Yang mengajarkan kepada semua anak perempuannya untuk menutup aurat dan mendalami agama dengan baik. Yang mengajarkan sebuah kemandirian. Yang tidak ingin melihat mereka terlihat meneteskan air mata bahkan di akhir hidupnya. Tidakkah kau sadari itu semua?

Salam untuk Rindu yang tidak akan pernah pudar, Bapak. Kebaikanmu tidak hanya terasa oleh kami akan tetapi dari mereka yang juga memiliki ruang kebaikan tentang apapun yang pernah kau perbuat. Kami tahu itu. Dan semua terbukti.

Pesanmu akan terus kami kenang. Nasehatmu yang begitu banyak di Ramadhan 1437H akan terus aku resapi. Terima kasih atas semua kepercayaan yang telah diberikan bahkan sampai akhir pun kau menitipkan orang yang paling sama – sama kita sayangi kepadaku. Sesuai pesanmu hiduplah dengan caraNya, bukan dengan cara manusia kebanyakan.

“Sungguh, tidak ada yang perlu kau tangisi dengan kepergianku terlebih dahulu. Yang harus kau tangisi itu dirimu! Apakah bekal sudah cukup ketika gaung keberangkatan kita sudah digemakan oleh Izrail?”
Cukuplah Allah. Cukuplah Allah. Cukuplah Allah.

Salam untuk Rindu. Aku pun sedang berusaha untuk persiapan yang terbaik. Semoga Allah SWT selalu meridhoi kita. Sampai jumpa di JannahNya kelak.

Adelaide, 20 Juni 2017

Si Rindu bersama ketiga Cucunya (keponakan)

Cucu (ponakan) yang paling sulung

Senin, 19 Juni 2017

Dari Ngebolang sampai Hilang di Tanah Orang





Setelah sebelumnya bahas tentang kesibukan “Touring Hospital” sekarang waktunya ngebahas tentang Jalan – jalan. Jalan – jalan ini di bagi menjadi dua yaitu jalan – jalan dari pihak TIHTC ke beberapa daerah wisata di Taiwan yang letaknya cukup jauh dari tempat kami bersama dengan tenaga kesehatan lainnya dari beberapa negara seperti Budapest, Irlandia, Indonesia, Afrika (lupa negaranya), Kazikistan, Mongolia dan beberapa negara yang maaf saya lupa asal mereka sampai dengan jalan – jalan mandiri antara kami berenam yang salah satu episodenya kami hilang tak tahu jalan pulang.
Oke dari TIHTC kami diajak keliling ke National Palace Museum, kemudian ke Taipei Zoo di sini kebun binatangnya luas banget, oya kita bisa naik Gondola dan ada si Panda juga di sini, kemudian kami di ajak juga ke Yehliu Geopark, North-Coast Scenic Area terakhir Pineapple Cake Factory sekalian belajar bikin kue juga. Kami hanya melewati menara 101 saja selama di sini, padahal Ms.Kelly yang ketemu di pesawat itu bekerja di sana (liat postingan sebelumnya). Tapi karena jadwal lumayan sibuk jadilah kami tidak bisa kesana.

Oke next, perjalanan mandiri kami ke beberapa ikon wisata di kota Taipei seperti Xinzhuang Sport Center karena jaraknya yang paling dekat dengan Dorm, kemudian kami ke Daan Park menggunakan MRT yang bikin radak pusing saking cepatnya (maklum kebiasaan naik becak hehe). Tujuan kami ke Daan Park sebenarnya juga untuk mencari masjid raya di sana, akan tetapi setelah muter – muter tidak tentu arah akhirnya kami memutuskan untuk balik. 
          
Setelah itu ke Xianse Temple, kemudian jalan – jalan pula ke beberapa pusat perbelanjaan seperti Shilin dan Ximen Night Market dan jangan lupa akhir pekan ke pasar malam underground TMS (Taipei Main Station) karena banyak orang Indonesia kumpul di sana. Nah pulang dari Shilin Night Market ini lha kami sempat nyasar karena salah tenkan bel bus. Cukup sulit untuk mengetahui keberadaan kita karena rata – rata setiap gedung menggunakan huruf mandarin dan orang – orang sana kebanyakan tidak terlalu mengerti bahasa Inggris. Kami memutuskan untuk memasuki toko 7Eleven seperti Indomart kalau di Indonesia dan ternyata pelayannya pun tidak mnegerti ketika kami mengatakan dan menuliskan Taipei Hospital. Waktu itu kami sempat berpikir kenapa tidak menggunakan kartu yang sekalian mempunyai paket data yah. Kartu biasa yang kami beli pun ternyata isinya habis jadi kami tidak bisa menelpon bagian TIHTC. Di sini kami merasa seharusnya merencanakan perjalanan dengan sebaik mungkin ketika di sini.

In short, untungnya walaupun tidak mengerti bahasa Inggris pelayan toko tersebut baik untuk memanggilkan kami polisi dan untungnya si polisi bisa berbahasa Inggris dan mengantarkan kami ke Rumah sakit yang ternyata jaraknya sekitar 3 blok dari tempat kami tadi. Haha

Kemudian jalan – jalan mandiri kami lanjutkan ke Sun Yat Sen Memorial Hall dan terakhir ke Chiang Kai Sek Memorial Hall. Di sini kami merasa sedih, kenapa tidak lebih awal ke Chiang Kai Sek lebih awal karena view nya benar – benar bagus. Tak heran Chelsie Olivia dan Glen melakukan foto prawed mereka di sini. Kami pun tak mau ketinggalan untuk melakukan foto – foto walaupun pada saat itu belum ada “adam” si pemilik tulang rusuk ini menemani.

Sekilas begitulah sedikit perjalanan kami di Taiwan selama empat minggu full. Oya di bulan Agustus musim panas sedang menyelimuti Taiwan dari saat perjalanan tersebut kami pernah melakukan perjalanan saat suhu kurang lebih 37’C yang membuat kami tambah gosong. Tapi kalau takut matahari terus kapan bisa menikmati perjalanannya bukan?

Terakhir kami melakukan persentasi bersama para peserta lain yang kami temui ketika liburan bersama TIHTC. well done!

Next kami pun pulang dengan melewati jalur yang sama dan sejuta kisah yang ada. Welcome to Indonesia, kami punya banyak PR untuk dikerjakan bersama membangunmu lebih baik lagi.



Coming Soon #2

MaternityShoot #2 Menjadi seorang ibu itu memang tidak pernah main – main. Perlu pemikiran yang luas, perlu kelapangan hati dan ...