Menikah itu tidak hanya mengartikan
kamu dan dia telah menyempurnakan agamamu bersama, akan tetapi menyatukan dua
keluarga besar yang bisa jadi memiliki latar budaya yang berbeda.
Butuh adaptasi yang cukup serius jika
demikian. Sebab kamu tidak hanya beradaptasi dengan orang yang bersamamu kini
akan tetapi juga keluarganya.
Jodoh itu memang cerminan diri kita
akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga kalau kita memiliki kecendrungan
yang berbeda.
Contohnya nih, persamaan diri dengan
pasangan yang mungkin bisa diibaratkan dengan cerminan diri kita. Sama – sama suka
dengan buku dan menulis. Selain itu perhatian kami yang agak strict dengan yang namanya rokok.
Beruntungnya dia tidak merokok. *Salah satu kriteria dulu nih agar tidak
mendapatkan pendamping yang merokok, alhamdulillah
terkabul.
Soal perbedaan juga ada. Seperti warna
pakaian. Saya lebih suka menggunakan pakaian yang gelap seperti hitam, abu dan
coklat tua walaupun sebenarnya saya penyuka warna hijau muda. Sedangkan si dia
lebih suka dengan warna – warna yang cendrung terang. *Tidak menyala – nyala
tapi yah hehe. Dan itu tidak membuat
kami lantas saling tidak suka akan tetapi justru menjadi pelajaran untuk saling
melengkapi. Contoh melengkapi lainnya adalah dia bisa masak sedangkan saya
masih “belajar” masak hehe alahamdulillah
banget tapi nih ๐๐๐.
Dalam keluarga, kami sama – sama menggunakan
bahasa sasak. Akan tetapi, bahasa sasaknya keluarga suami memiliki speed dan intonasi yang sangat berbeda
sehingga harus mendengarkan dengan hati – hati seperti listening tes TOEFL kali yaa. Kalau ada kata yang tidak
dimengerti dan kita sudah minta berulang kali untuk mengulang maka pesan saya
adalah balaslah dengan senyuman paling manis yang kamu punya hehe ๐.
Selain itu mengenai budaya dan
kebiasaan yang lain juga masih sangat banyak antara saya dan suami serta masing
– masing keluarga kami. Jadi harus adaptasi maksimal.
Ingat kamu tidak hanya menikah untuk
menyatukan kamu dan dia tapi mau nggak
mau kamu harus terima bagaimana cara menyatukan dua keluarga besar yang tentu
tidak semudah membalikan telapak tangan.
Perbedaan itu banyak akan tetapi
bagaimana cara agar saling menerima, saling mendengarkan dan saling mengerti
satu sama lain. Jangan paksa pasanganmu untuk langsung menuruti keinginan atau
kebiasaanmu yah. Dan kata salah
seorang kakak yang sudah lama menikah, proses adaptasi keluarga itu tidak hanya
satu dua hari atau beberapa bulan tapi bisa bertahun – tahun lho.
Jadi bersabar dan yang terpenting
antar pasangan bisa lebih mengerti dan membantu satu sama lain.
Oya untukmu yang ingin segera
menyempurna, benar – benar bulatkan tekad yang kuat. Persiapkan diri secara
matang lahir dan batin serta siapkan dirimu untuk menjadi rumah
yang nyaman untuk pasanganmu. Mungkin keliatan mudah tapi lagi dan lagi itu
perlu kerja keras bersama ๐.
Banyak – banyak minta petuah dari yang
berpengalaman. Soalnya ujian memang akan banyak datang setelah menikah. Tapi tak
perlu takut, soalnya kali ini tidak hanya satu kepala yang memikirkannya, tapi
ada dua kepala yang membuat semua terasa lebih ringan daripada biasanya ketika
kamu single.
Sendiri dalam ketaatan bagus, akan
tetapi lebih maknyuus lagi kalau
berdua dalam bingkai yang halal. Buktikan dah!
Memang sih, kami juga masih tergolong
muda dalam mengarungi rumah tangga. Akan tetapi banyak sekali petuah yang sama –
sama kami dapatkan baik dari orang lain maupun petuah diri dari ujian – ujian yang
datang. Salah satu kunci utama adalah libatkan Allah disetiap urusanmu ataupun “kalian”.
Jangan mudah tergiur dengan kehidupan orang lain, karena cerita kalian juga
sangat manis kok.
Semoga yang berniat baik untuk menikah
dimudahkan segala urusannya. Ingat yah,
banyak – banyak mendekat kepada sang pemilik Panggung Sandiwara ini. Semoga
kalian segera menggenap.
"Terus mencinta karena Allah" |